Friday, January 10, 2020

Opening Trip 2020

Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk menjalankan trip pembukaan tahun 2020 dengan menggabungkan 2 (dua) destinasi, yaitu Darajat Pass di Jawa Barat dan Dieng Plateau di Jawa Tengah, dengan perkiraan total jarak sekitar 1.051 km yang akan ditempuh dalam 27 jam.

Sejak siang, tanggal 31 Desember 2019, ibukota diguyur hujan yang cukup lebat.Bahkan hingga dekat pulang kerja, sekitar pukul 16.00 hujan masih saja membasahi bumi.

Sepulang kerja, saya langsung beres2 barang2 yang akan saya bawa, berupa bekal makanan untuk 2(dua) kali makan, yaitu nasi dengan lauk rendang, kopi panas untuk dijalan serta air minum yang cukup.
Tepat pukul 21.00 pada tanggal 31 Desember 2019, saya berangkat dari rumah dibawah curah hujan yang lumayan agak lebat.Dari rumah saya ambil jalan arah Depok, untuk melanjutkan ke Cibubur.Berhubung cuaca hujan maka suasana malam tahun baru di sepanjang jalan Cibubur terbilang biasa² saja, dalam artian tidak begitu macet.

Dari Cibubur perjalanan saya lanjutkan Jonggol dengan melewati Taman Buah Mekar Sari. Kemacetan mulai terasa di sepanjang Jl.Transyogi, manakala waktu berjalan terus mendekati jam pergantian tahun, sementara hujan tidak kunjung reda.

Mendekati pukul 23.50 saya tiba di Cariu, dan kembang api terlihat mewarnai langit gelap yang masih menumpahkan air hujan.

Tepat pukul 00.00 saya tiba di Puncak tertinggi di Cariu, dan berhenti sejenak guna menyaksikan malam pergantian tahun, ditengah perjalanan...Aah tidak terasa sudah setahun saya meninggalkan rumah😂
             di Cariu jam 00.00/km.55.7

Dari Cariu saya lanjut perjalanan kearah check point pertama, yaitu, Pasir Jambu, Ciwidey, dengan target waktu tiba adalah pukul 03.00 dan ada sedikit waktu untuk istirahat.

Lepas Cianjur jalan cukup lancar dan di jalan twisty, hingga mencapai pertigaan Jl.Batujajar, pada km.134.Suasana sekitar terminal Cimareme masih cukup  pada awal tahun 2020 itu.

Saya lanjut kan saja perjalanan, dalam kondisi lalu lintas yang sudah mulai agak sepi ketika mendekati Soreang, dan lanjut lagi ke Pasir Jambu.Tiba di Pasir Jambu dengan total jarak 202 km pukul 02.45, atau kecepetan 15 menit dari jadwal.Saya langsung mengisi bensin di SPBU Pasir Jambu dan sedikit mencari informasi tentang jalur Pasir Jambu - Situ Cileunca yang hanya berjarak 24 km.
               SPBU Pasir Jambu

Namun petugas SPBU menyarankan untuk menunggu terang, baru melewati route itu, karena sebagian masih beresiko apabila dilewati pada saat itu.Mengingat saya terikat dengan jadwal untuk mencapai destinasi pertama , yaitu Darajat Pass, pada pukul 08.00, maka saya ambil keputusan untuk sedikit memutar kebawah, lewat Soreang lagi, kemudian ke arah Bojongsoang,Ciparay, Majalaya, Kamojang dan Samarang dengan jarak 94.3 km
          Rerouting menuju Darajat Pass

Jalan dari Majalaya menuju arah Kamojang didominasi dengan tanjakan² yang sangat terjal, dan pada beberapa tikungan2 terlihat papan petunjuk untuk menggunakan gigi 1 bagi kendaraan beroda 4.
Tanjakan terjal dari Majalaya-Kamojang

Pukul 06.00 pagi saya tiba di Kamojang Hill Bridge atau disebut juga Jembatan Kuning, Kamojang yang belakang an ini menjadi viral sebagai tempat berwisata.Sejenak saya berhenti untuk sarapan lontong isi serta teh manis anget.
                   Jembatan Kuning

Dari Jembatan Kuning jalanan dengan kontur beton masih tetap menanjak curam hingga PLTP Kamojang. Sisa jarak dari Jembatan Kuning ke Darajat Pass hanya tinggal 30.7 km, saya jalani dengan full santai pada awal tahun 2020 itu.

Sisa 30.7 km ke Darajat Pass

PLTP Kamojang

 Melewati Kamojang saya masuk Samarang dan perjalanan masih terus menanjak. Jalan mulai ramai memasuki desa Padaasih, desa Padasuka hingga akhirnya saya tiba di Darajat Pass pada  pada pukul 07.30 ,atau lebih cepat 30 menit dari jadwal.Total jarak sampai Darajat Pass adalah 265 km.

            Darajat Pass @ 1.700 mdpl

Cuaca pagi itu cukup bersahabat, dan ketika saya check ke rumah, ternyata di Jakarta hujan tidak berhenti, sehingga beberapa daerah sudah terendam air.

Tepat pukul 08.00 ,atau setelah istirahat 30 menit, saya lanjut kan perjalanan ke destinasi berikut : Dieng Plateau, di Jawa Tengah dengan jarak 330 km dari Darajat Pass, dengan estimasi waktu tiba adalah pukul 16.00

Thursday, January 9, 2020

Amed Beach - Diver's paradise

Pada hari Minggu 19 Juni 2013 yang lalu saya berkesempatan untuk mengunjungi pantai Amed yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali untuk kedua kalinya. Agak berbeda dengan kunjungan pertama dahulu dimana saya tiba dilokasi pantai sudah menjelang senja, namun kali ini saya percepat keberangkatannya.

Jam 11.30 saya start dari kediaman di Denpasar dan berdasarkan informasi jarak di GPS,pantai Amed yang terletak di desa Jemeluk itu berjarak 87 km.Perjalanan dari Denpasar hingga pertigaan pelabuhan Padang Bai sejauh 45 km terasa agak membosankan, karena di dominasi jalan yang lurus dan terasa sangat panas siang itu. Tadinya maksud hati akan makan siang di Pesinggahan, Karangasem yang terkenal dengan makanan lautnya.Namun baru jalan sekitar 10 km, tiba di pertigaan Ketewel ,By Pass , perut sudah tidak dapat dijak kompromi dan langsung mampir dulu ke RM Padang.


Thursday, April 11, 2013

Dainese jacket - made in China

Pada trip ke Madura tanggal 5 - 7 April 2013 kemaren saya berkesempatan untuk mencoba sebuah jacket type sport touring dengan merk Dainese, ex China. Jacket ini dilengkapi dengan inner-layer yang berfungsi mengurangi rasa dingin dan dapat dilepas bila berjalan di terik cuaca.
Tampak depan
Saat start dari Denpasar inner-layer sudah saya lepas karena teriknya cuaca dan dibanding dengan jacket adventure touring semisal Respiro seri Ring of Fire yang juga sudah saya test, Dainese ini cenderung lebih panas karena tidak dilengkapi ventilasi seperti Respiro.
Inner-layer
Jacket ini juga dilengkapi dengan protektor : bahu, siku dan punggung. Finishing protektornya cukup halus dan nyaman saat dikenakan dibadan.
Protektor cukup lengkap

Tampilan jacket ini sangat simple bahkan karena ini type jacket sport, terasa sekali kekurangan kantong2 nya.Hanya tersedia bahagian bawah 2 pcs dan kantong dalam 2 pcs. Seyogyanya bila jacket touring, dilengkapi dengan 4 kantong utama didepan plus kantong dalam 2 pcs juga.Tapi baiklah karena ini memang bukan jacket adventure touring memang demikian kelengkapan kantong pada umumnya.
Label
Memasuki daerah Tabanan yang mulai diguyur hujan, mulai terasa kenyamanan jacket ini.Dengan bahan yang semi-waterproof, dan dilapisi jas hujan pada bahagian luar, terasa sekali kehangatan nya ditengah lebatnya hujan sampai ke Gilimanuk.

Setelah tiba Ketapang, saya pasang inner-layernya ,dan saat menembus dinginnya hutan jati  di Bajul Mati yang sedang diguyur hujan yang sangat lebat, terasa sekali performa jacket ini.Hangat dan nyaman sekali.

Made in China

Dalam perjalanan siang mulai dari Surabaya hingga Sumenep, agak terasa kurangnya kehadiran ventilasi pada jacket ini. Namun cukup baik dalam menangkis terpaan angin yang lumayan kencang di pulau Madura.
Label dibagian lengan
Konklusi : dengan retail price yang Rp.600.000 , sedikit dibawah retail price nya jacket Respiro versi Ring of Fire 1 yang dibandrol Rp,800.000, masing2 punya nilai lebih sendiri2. Terpulang kepada kebutuhan saudara masing2. Bila saudara penyuka sport turing, pilihan baik kepada Dainese ex China ini sedangkan bila saudara penikmat adventure touring, pilihan bijak adalah Respiro versi Ring of Fire.


Tuesday, April 9, 2013

Trip to Madura 5 - 7 April 2013

Setelah beberapa kali gagal untuk jalan ke Madura, maka bertepatan dengan adanya libur Hari Raya Kuningan, pada tanggal 6 April 2013, sehingga kantor diliburkan dan tanggal 5 April nya setengah hari, tibalah saat yang tepat untuk berangkat. Memang, 2 tahun yang lalu saya sempat mampir ke Madura, namun hanya sampai Bangkalan saja, atau kira2 13 km dari ujung jembatan Suramadu. Kali ini target saya untuk menjelajahi Madura secara utuh hingga ke ujung timur, kota Sumenep.

Persiapan Scorpy tidak banyak, hanya sekedar ganti oli dan perbaikan di sektor suspensi depan, dengan jalan penambahan travel shock depan sekitar 5 cm.Hal ini dimaksudkan guna menambah kenyamanan dalam melibas trek bumpy yang senantiasa menghiasi perjalanan selama turing.
Tambahan adaptor 5 cm


 Adapun route plan saya seperti yang ada pada gambar ini :
Route plan

Untuk pulangnya, saya merencanakan untuk mengambil ferry dari Kalianget/Madura menuju Jangkar/Situbondo, sehingga dapat menghemat tenaga dan waktu.

Baiklah, ba'da sholat Jum'at, 5 April 2013, pukul 15,00 ditengah teriknya cuaca Denpasar, Scorpy saya pacu menuju Gilimanuk.Perjalanan hingga Tabanan sangat lancar dan cenderung agak padat, karena dalam menyambut libur Kuningan hari Sabtu esoknya, banyak yang menggunakan waktu untuk pulang ke pulau Jawa.

Namun, tidak lama selepas Tabanan , hujan lebat segera tanpa basa basi mengguyur bumi dan memaksa saya untuk menepi dan memakai rain-gear secara lengkap, mulai jas hujan,hingga rain-coat sepatu. Dan perjalanan berlanjut ditengah derasnya hujan siang itu. Dengan kecepatan konstan 80 km,sekitar pukul 17.30, atau 2,5 jam perjalanan, jarak 133 km pun dapat saya selesaikan dengan baik.Dan hujan berhenti sejenak.

Setelah melewati pos pemeriksaan polisi dan membayar tiket penyeberangan sebesar Rp.16.000, Scorpy langsung naik menuju ferry yang telah parkir.
Diatas ferry
Setelah menanti 30 menit, ferry pun bertolak menuju ke Ketapang.Hujan sangat lebat mengiringi perjalanan menuju seberang. Diluar dugaan, ferry dapat mencapai Ketapang on time atau sekitar 50 menit ditengah cuaca buruk.

Setiba di Ketapang sekitar pukul 19.00, perut sudah tidak dapat diajak kompromi dan segera saya merapat ke sebuah rumah makan dengan menu ayam goreng.Nikmat sekali rasanya makan pada saat lapar dan kedinginan setelah diguyur hujan sepanjang perjalanan,
Ayam goreng di Ketapang 
Hujan masih turun deras saat saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan,namun tidak mungkin saya membuang waktu untuk menunggu hujan reda. Target saya harus mencapai Surabaya esok pagi, untuk sight-seeing sejenak sebelum lanjut ke pulau garam.

Memasuki hutan jati di Bajul Mati, hujan semakin deras dan banyak genangan air.Walau sudah dibantu oleh sinar lampu HID, tetap saja agak sulit membedakan pinggiran jalan sehingga saya riding dengan extra precaution. Jarak 21 km di hutan jati itu terasa jauh banget karena terbatasnya visibility.

Akhirnya tibalah saya di desa Asem Bagus seiring dengan meredanya hujan dan cuaca mulai bersahabat. Perjalanan lanjut hingga Situbondo untuk melakukan refueling pertama. Malam itu suasana kota Situbondo sangat ramai sekali, mungkin karena malam Sabtu.Banyak motor yang melakukan aksi kebut2an dan tidak ada razia polisi sama sekali.Seakan diberikan kebebasan. Saat menanti di traffic light dalam kota Situbondo, saya dikagetkan oleh tegur sapa yang ramah dari bikers disisi kiri saya.Beberapa motor Yamaha Vixion dari komunitas lokal mengajak saya mampir untuk silaturahmi. Namun dengan halus saya tolak dengan alasan perjalanan saya masih jauh. Kebayang kan kalo saya tergabung dengan sebuah komunitas, pada saat melintasi teritorial komunitas, "wajib" mampir dan pastinya akan sangat mengganggu time-schedule saya.
Refueling pertama di Situbondo
Setelah refueling langsung tancap gas lagi menuju Surabaya.Satu demi satu kota2 kecil saya lewati, hingga saraf mata mulai melemah dan saya memutuskan untuk beristirahat di SPBU daerah Tongas/Probolinggo.Karena apabila saya lanjutkan, percuma juga akan masuk Surabaya pukul 4 pagi.Jadi saya beristirahat di SPBU itu sembari "sleep-sleep chicken" selama 2 jam.Perkiraan akan masuk Surabaya pas sudah mulai terang.

Setelah menghabiskan sebungkus indomie rebus + kopi pada subuh itu, perjalanan lanjut ke Surabaya. Lalu lintas disekitar Porong tidak begitu padat lagi sekarang,karena ada jalur alternatif untuk kendaraan R4.

Masuk kota Surabaya dari arah Wonokromo, hujan gerimis mulai mengguyur lagi namun tidak sampai perlu memakai jas hujan. Tidak banyak obyek yang saya sambangi pagi itu di Surabaya, hanya sekedar passing-by aja.
Sight seeing didaerah pusat kota Surabaya
Balai kota Surabaya

Setelah meluangkan waktu sekitar sejam di pusat kota Surabaya Scorpy saya arahkan ke Suramadu untuk menyeberang ke Madura. Berkat panduan Navitel maps pada GPS, tidak sulit untuk menemukan arah tersebut.Menjelang daerah Kenjeran, rasa lapar menyerang lagi dan saya memilih menu nasi pecel pagi itum untuk mengatasi gangguan tersebut.
Nasi pecel Kenjeran
Setelah menyelesaikan gangguan lapar dipagi itu, langsung saya menuju ke jembatan terpanjang di Indonesia itu. Dengan panjang 5,4 km, jembatan Suramadu terbentang dengan megah nya didepan mata. Setelah membayar tiket toll sebesar Rp.3,000 Scorpy mulai menapak untuk melewati jembatan.
Entrance tol Suramadu
Dengan moderate speed saya lewati Suramadu dan lanjut sekitar 10 km hingga tiba pada sebuah T junction , kalau kekiri ke Bangkalan , yang pernah saya kunjungi dan kali ini saya harus ke kanan menuju Sumenep dengan melewati kota2 : Sampang,Pamekasan. Panas terik pagi itu cuaca di pulau garam, Sabtu pagi itu. Memasuki desa Tanah Merah atau sekitar 15 km dari T junction tadi, laju kendaraan terhenti total. Saya berfikirm pasti ada tabrakan didepan sana. Namun setelah mencari informasi, saya akhirnya tau bahwa hari Sabtu adalah hari pasar ternak di Tanah Merah. Dan pasar di Tanah Merah dipenuhi oleh hewan seperti sapi, ayam dll yang memakan badan jalan.Pantesan macet total.

Setelah stuck sekitar 45 menit dipasar Tanah Merah, perjalanan lanjut menuju Sampang.Tiba di desa Blega, saya mampir sejenak untuk "cooling-down " dengan minum kelapa muda dipinggir jalan.
Young coconut/kelapa muda di Blega
Setelah rehat sejenak perjalanan lanjut menuju Sampang dan mendung berat kembali menggantung dilangit yang tadi nya cerah.Benar saja, sekitar 4 km sebelum kota Sampang ,cuaca berubah totalm hujan lebat tiba2 mengguyur bumi Medhure, disertai petir dan kilat menyambar. Menurut beberapa referensi yang saya ketahui, petir di Madura kerap memakan korban karena kontur geografis nya yang flat dan terbuka, sehingga bila petir menyambarm akan langsung dapat menyengat apa saja , termasuk manusia. Saya ambil keputusan untuk meneduh saja di warung sembari menunggu hujan reda.
It's raining again in Madura

Hujan reda, perjalanan saya lanjutkan memasuki kota Sampang untuk mencari tempat makan siang.
Downtown kota Sampang
Tidak lama ketemu juga tempat makan yang sangat nikmat : bebek goreng khas Sampang, dengan bumbu yang berani dan belum pernah saya rasakan. Sangat nikmat, dengan harga hanya Rp.17,500.
RM bebek goreng di Sampang 
Bebek goreng khas Sampang
Setelah perut kenyang perjalanan lanjut menuju kota berikut yaitu Pamekasan.Jalan kecil dan hampir 100% flat sejauh  31 km itu membuat riding terasa agak membosankan.
Dari Pamekasan perjalanan lanjut lagi menuju Sumenep dengan jarak 64 km.Karena sudah menjelang ending-destination semangat timbul lagi.Beberapa obyek wisata seperti pantai Camplong di Sampang dan Api Abadi di Tlanakan /Pamekasan terpaksa saya skip karena terkendala cuaca hujan yang sangat lebat. Memasuki Kabupaten Sumenep saya melihat gapura selamat datang dengan tag-line yang rada "nyleneh"
Tag line Sumenep
Setelah memasuki kota Sumenep ,saya mulai berkeliling mencari hotel dan mecoba berkomunikasi dengan warga perihal ladang garam terbesar di Indonesia yang ada di dekat kota Kalianget atau sekitar 10 km dari Sumenep.Saya ingin sekali untuk mengabadikan obyek ladang garam tersebut.Namun sayang, timing saya kurang tepat, ladang garam itu hanya ada hingga bulan Maret yang lalu dan sekarang, memasuki musim penghujan, sudah berubah menjadi tambak2 yang digenangi air.
Sumenep
Akhirnya ketemu juga sebuah hotel yang cukup baik dan rate yang murah, yaitu VIP2 dengan tarip Rp.180.000/malam. Not bad dan sangat saya perlukan utk recover energy. Fasilitas : AC, air panas, Wifi dan dapat breakfast. Mantap lah..
Hotel Suramadu di Sumenep

Memasuki kamar hotel, lega rasanya dan saya lsg beristirahat sembari menunggu waktu magrib tiba.Selesai mandi dan magrib saya pergunakan waktu untuk beristirahat sambil menunggu waktu makan malam. Hingga Sumenep ini, total jarak tempuh dari Denpasar sudah 597 km.

Sekitar pukul 19.00 saya keluar hotel untuk melihat-lihat sekitar.Awalnya saya memasuki sebuah gift-shop dan perhatian saya tertuju ke cindera mata, berupa senjata khas Madura dalam berbagai ukuran.Ada niatan untuk membeli namun terfikir resiko dipenyeberangan Gilimanuk bila terjadi razia.Akhirnya niat saya batalkan.
Clurit cindera mata dalam berbagai ukuran
Kemudian saya lanjut menju pusat kota, yaitu Alun2 yang padat pada malam Minggu itu.Setelah berputar untuk mencari makanan khas Medhure, plihan saya jatuh kepada sate ayam, full-ori Madura. Cita rasa nya memang lebih nikmat, terutama bumbu kacang nya,dibanding yang ada di Denpasar.
Sate Medhure asli, tak iyee..

Selesai menikmati makan malam di Alun2, saya melihat semarak sekali malam itu suasana di pusat kota Sumenep.Ada beberapa kendaraan hias yang disewakan untuk berkeliling membawa anak2 kecil.Bak karnival di Rio de Jeneiro saja dandanan kendaraan hias tersebut.
Karnival Rio di Sumenep
Tidak ber-lama2 saya  menikmati suasana malam Minggu di kota Sumenep,akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke hotel untuk menyimpan energy guna menuntaskan sisa rute yang tinggal sedikit lagi pada esok pagi. Tidak lupa saya call pihak pelabuhan Kalianget untuk memastikan jam keberangkatan ferry esok pagi. Saya peroleh informasi bahwa ferry berangkat pukul 8.00 pagi dan loket tiket dibuka sejak pukul 6.00 pagi.

Hanya saja, setiap hari Minggu dan Selasa, ferry tidak langsung menuju Jangkar, yang seharusnya hanya 4 jam pelayaran namun singgah di pulau Sapudi dengan total jarak pelayaran menjadi 7 jam.Apa boleh buat, masih lebih cepat, bila dibandingkan saya jalan darat kembali ke Ketapang lagi.Adapun, sisa jarak yang akan saya tempuh : 75 km dari Jangkar-Ketapang ditambah 133 km dari Gilimanuk ke Denpasar.Dan di ferry saya dapat beristirahat,Pilihan yang tepat.

Tiba di hotel saya langsung beristirahat dengan tidak lupa utk mengaktifkan alarm di HP pukul 4.00 pagi.Rencana saya akan start, ba'da subuh yaitu pukul 5.15 supaya bisa mencapai Kalianget sebelum jam 6.00 pagi. Jarak antara Sumenep - Kalianget hanya 10 km.

Minggu pagi  tanggal 7 April 2013 ,sesuai rencana saya sudah siap start pukul 5.15.Tidak lupa saya mengisi bensin full di pom bensin yang terletak didepan hotel. Kira2 pukul 05.45 saya telah tiba di pelabuhan Kalianget untuk mengantri tiket ferry. Tepat pukul 06.15 tiket dibuka dan saya menjadi pembeli pertama. Harga tiket sebesar Rp,100.000 untuk motor + orang. Setelah mendapatkan tiket, langsung Scorpy saya naikkan ke ferry dan turun lagi untuk mencari sarapan.
Ngantri di pelabuhan Kalianget


Ferry Dharma Kartika - kecil hanya bisa 5 mobil
Dermaga pelabuhan Kalianget
Setelah memarkir motor di ferry saya turun untuk sarapan.
on board ferry Dharma Kartika
Setelah selesai sarapan , pukul 07.00 saya naik ke ferry dan menuju upper-deck.Sungguh surprised ,melihat ferry sekecil ini tapi mempunyai VIP compartment yang sangat nyaman dengan AC nya + matras untuk tidur.
VIP compartment
Tepat pukul 08.00, ferry pun berangkat dengan tujuan p.Sapudi dengan waktu tempuh 2 jam pelayaran. Tidak lama ferry berjalan ,sayapun tertidur lagi, karena kecapean sehari semalem diguyur hujan lebat.
Ferry bergerak menuju p.Sapudi

Suasana transit di p.Sapudi
ternak naik dari p.Sapudi
Setelah 30 menit transit perjalanan lanjut ke Jangkar dengan waktu tempuh 5 jam lagi. Sekitar pukul 14.00 perut sudah tidak tahan lapar dan saya menuju counter cafetaria untuk mencari makan,Tapi hanya popmie yang tersedia,apa boleh buat daripada tidak ada.

Tepat pukul 15.00 ferry merapat di pelabuhan Jangkar dan cuaca mendung sore itu.Langsung saya pacu Scorpy ke Ketapang dengan stamina yang sudah fresh kembali, karena waktu istirahat yang cukup banyak.
Touch-down di Jangkar  
Dari Jangkar perjalanan saya lanjutkan ke Ketapang dengan sisa jarak hanya 70km an. Tidak terasa saya tiba di Ketapang dan menyempat kan untuk makan dulu di warung langganan.
Warung langganan di Ketapang
 Setelah mengisi perut, saya langsung naik ke ferry untuk melanjutkan perjalanan pulang.
di ferry menuju Gilimanuk
Adios Ketapang,till we meet again..
Setelah tiba di Gilimanuk rasanya tidak sabar ingin segera tiba dirumah.Motorpun saya pacu agak cepat dan hasilnya, 2 jam saya sudah merapat di Denpasar.
Arrived home
Tuntas sudah perjalanan menjelajah Madura dengan tidak kurang satu apapun. Terima kasih untuk teman2 yang sudah memberikan support selama perjalanan saya 3 hari ini. I love U all..